100 Alasan Menggerakkan Hati dan Peduli

0



"Saudara-saudara sekalian wargaku yang mulia,

Saya berdiri di sini hari ini untuk mengajak kita semua bersama-sama membangun lingkungan kita jadi lebih baik. Meskipun saya sendiri juga banyak kecacatan

Kita semua tahu bahwa lingkungan kita saat ini masih banyak kekurangan. Keamanan belum terjamin, kenyamanan belum terpenuhi, sumber daya belum optimal, kesempatan kita belum terbuka lebar, identitas belum kuat, dan masa depan anak-anak kita belum tercerahkan.

Mari saudaraku semua warga RT 7 tercinta, mari kita bersama merenung meneteskan air mata:

  • Maukah kita kehilangan rasa kekeluargaan yang ada di lingkungan RT kita tercinta ini?
  • Bisakah kita hanya berdiri diam ketika identitas kita sebagai warga RT terus memudar dan terkikis oleh waktu?
  • Sudikah kita dilanda rasa asing di tengah para tetangga yang kita kenal?
  • Relakah kita dilupakan tatkala kita jatuh miskin, sakit, atau uzur?

  • Apakah kita mau anak-cucu kita tumbuh dalam lingkungan yang kurang baik?
  • Apakah kita mau lingkungan kita menjadi tempat kumuh kurang teratur?
  • Apakah kita tega membiarkan anak-anak kita lapar tak terurus?
  • Apakah kita mau anak-anak kita hidup dalam kemiskinan dan keterbelakangan?
  • Apakah kita rela generasi penerus kita lahir dalam kesengsaraan karena kelalaian kita?
  • Apakah kita merasa puas melihat lingkungan kita berubah jadi tempat yang suram dan terlupakan?

  • Apakah kita mau masa depan anak-anak kita suram kurang harapan?
  • Apa yang akan kita tinggalkan untuk anak-anak kita jika kita tidak berani berubah, memperbaiki kondisi lingkungan kita?
  • Relakah kita membiarkan anak-anak kita tumbuh tanpa belajar arti menolong dan berbagi?

  • Apakah kita mau menyerah pada keadaan?
  • Apakah kita mau hidup dalam ketakutan dan kecemasan?
  • Apakah kita mau membiarkan masa depan kita dikendalikan orang lain?
  • Apakah kita mau hidup tanpa tujuan dan makna?
  • Apakah kita mau mati tanpa meninggalkan jejak berharga?
  • Apakah kita mau menjadi penonton pasif di tengah riuh perubahan zaman?
  • Apakah kita bersedia menerima kenyataan bahwa masa depan kita dikendalikan keadaan dan orang lain, bukan usaha kita sendiri?

  • Bagaimana kita bisa tidur nyenyak di malam hari, mengetahui ada tetangga kita yang lapar?
  • Bagaimana mungkin kita tidak tergerak ketika melihat tetangga kita berjuang untuk bertahan hidup?
  • Bisakah kita mengabaikan jeritan-jeritan yang tak terdengar dari mereka yang terpinggirkan di lingkungan kita?
  • Bagaimana kita bisa membiarkan lingkungan kita terus menjadi saksi bisu dari kesengsaraan dan ketidakpedulian?
  • Apakah kita merasa tenang mengetahui bahwa kita mungkin jadi penyumbang terhadap ketidakbahagiaan warga yang lain?
  • Bisakah kita mempertanggung-jawabkan pada diri sendiri jika kita tidak berbuat apa-apa?
  • Apa yang akan terjadi jika kita tetap diam tidak berbuat apapun untuk mengubah nasib lingkungan kita?

  • Bagaimana kita bisa tidur nyenyak ketika tahu bahwa di luar sana ada orang-orang yang butuh uluran tangan kita?
  • Apakah kita merasa puas jadi bagian dari komunitas yang hanya egois terpaku pada kepentingan diri sendiri?
  • Sudikah kita tinggal berpangku tangan sementara orang-orang butuh uluran tangan ada di sekitar kita?
  • Maukah kita membiarkan pengangguran dan kemiskinan terus menghantui RT kita hingga membayar iuran bulanan saja susah?

  • Bisakah kita mengabaikan panggilan hati nurani kita yang meminta kita berbuat lebih untuk sesama?
  • Bagaimana kita bisa melupakan tanggung jawab kita sebagai tetangga untuk bersama menciptakan tempat tinggal yang nyaman dan aman?
  • Apakah kita siap melihat masa depan kita yang dipenuhi penyesalan karena kita tidak berani mengambil tindakan sekarang?
  • Bisakah kita hanya duduk diam menonton ketika peluang membuat perubahan hilang disaat kemudaan kita?
  • Bagaimana kita bisa membenarkan diri kita sendiri jika kita tidak berkontribusi membentuk masa depan lebih cerah bersama-sama?

  • Apa sebenarnya yang membuat kita takut melangkah keluar dari zona nyaman untuk memulai perubahan?
  • Bisakah kita merasakan getaran kemunduran saat kita diam saja tidak mengambil peran apa-apa?
  • Bagaimana kita bisa membenarkan keputusan untuk tidak terlibat aktif dalam membangun lingkungan kita lebih baik?

  • Apakah kita merasa tenang membiarkan lingkungan kita tenggelam dalam kehampaan dan keputusasaan?
  • Bisakah kita merelakan anak-anak kita tumbuh besar dalam lingkungan yang tidak mendukung potensi dan impian mereka?
  • Bagaimana kita bisa memandang wajah kuyu tetangga kita tanpa merasa terpanggil membantu mereka?
  • Apakah kita sudah merasa nyaman jadi bagian masyarakat yang hanya mau memikirkan diri sendiri?

  • Sudikah kita menjadi pengecut membiarkan keegoisan menguasai diri kita?
  • Beranikah kita menghadapi masa depan yang suram jika kita gagal bertindak sekarang?
  • Sadarkah kita bahwa diam itu dosa ketika kesempatan ada dibiarkan?
  • Sadarkah kita telah kehilangan harga diri karena membiarkan diri kita dipermainkan dunia?
  • Masih pantaskah kita menyebut diri hamba jika kita abai pada sesama manusia?

  • Relakah kita menukar masa depan anak cucu kita demi kepentingan sesaat?
  • Beranikah kita menatap mata anak-anak kelaparan, tidur lelap di sudut malam?
  • Tegakah jantung kita mendengar tangis pilu janda dan anak yatim yang membutuhkan?
  • Tahankah kita mendengar ratapan ibu-ibu yang kehilangan buah hatinya akibat penyakit dan kekurangan?
  • Relakah kita kehilangan tetangga dan handai taulan yang selama ini jadi saudara kita?
  • Sudikah kita jadi pengecut yang melarikan diri ketika banyak tetangga dilanda musibah?
  • Kuatkah kaki kita melangkah, abai meninggalkan warga yang menderita tanpa berbuat apa-apa?
  • Masih sanggupkah kita bernapas lega sementara sanak-saudara kita kekurangan?

  • Sanggupkah hati nurani kita membisu saat melihat ketidakadilan dan kezaliman?
  • Masih pantaskah air mata kita mengalir deras jika kita sendiri membiarkan penderitaan ini terus terjadi?
  • Tertawankah akal sehat kita hingga mau jadi pesakitan selamanya?
  • Lumpuhkah tangan kita hingga enggan memberi pertolongan pada tetangga kanan-kiri kita?
  • Bisukah mulut kita hingga tidak sudi bersuara melawan kebatilan?
  • Matikah jiwa kita hingga membiarkan kepedihan bertumpuk di hadapan mata?
  • Terkuncikah hati kita hingga tidak mau berbagi kebahagiaan dengan sesama?
  • Tersesatkah kompas nurani kita, tidak tahu arah keadilan dan kebenaran?
  • Rusakkah akal sehat kita, hingga memilih menderita daripada berani memperjuangkan hak?
  • Tak bergunakah hidup kita jika hanya diisi sikap masa bodoh serta pengecut pecundang?

Apakah kita mau terus hidup dalam kondisi seperti ini?

Apakah kita mau masa depan anak-anak kita suram juga?

Apakah kita mau lingkungan kita jadi tempat yang kurang layak huni?

Sungguh sangat menyedihkan jika hal ini terjadi!

Namun apa yang sudah kita lakukan untuk mencegahnya?

  • Bisakah kita melihat ke dalam mata anak-anak kita, memberi tahu mereka bahwa kita telah berusaha sekuat tenaga memperbaiki keadaan?, meyakinkah bahwa mereka akan baik-baik saja...
  • Bagaimana kita bisa menghadapi diri sendiri jika kita tidak berani berubah, berkontribusi pada perubahan?
  • Apakah kita benar-benar tidak merasa geram melihat peluang-peluang terbuang sia-sia di depan mata kita?
  • Masih maukah kita jadi pahlawan bagi diri kita sendiri dan orang-orang disekitar kita?
  • Maukah kita jadi pahlawan bagi generasi mendatang?
  • Maukah kita jadi bagian dari perubahan yang lebih baik?
  • Apakah kita mau berhenti mengeluh, mulai nyata bergerak?
  • Apakah kita mau berhenti menyalahkan orang lain, mulai ambil tanggung-jawab?
  • Apakah kita mau berhenti bermimpi, mulai mewujudkan mimpi?
  • Apakah kita mau berhenti jadi penonton, mulai ingin jadi pemain!
  • Apakah kita mau berhenti jadi korban, mulai jadi pemenang!
  • Apakah kita mau hidup dengan penuh semangat dan gairah!
  • Apakah kita mau hidup dengan penuh cinta dan kasih sayang!
  • Apakah kita mau hidup dengan penuh makna dan tujuan!
  • Apakah kita mau hidup dengan penuh harapan dan optimisme!
  • Apakah kita mau hidup dengan penuh keberanian dan tekad!
  • Apakah kita mau mengubah dunia?
  • Apakah kita mau membuat perbedaan?
  • Apakah kita mau meninggalkan jejak tak terlupakan?
  • Apakah kita mau hidup dengan penuh kebanggaan dan kepuasan?
  • Apakah kita mau hidup penuh dengan rahmat dan rasa belas-kasihan?
Mari kita realistis...
  • Sudahkah kita ikut menjaga kenyamanan lingkungan tetangga kanan-kiri kita?
  • Apakah kita sudah mengenal tetangga kita, siapa saja yang butuh bantuan?
  • Bagaimana kita bisa turut membantu agar tiap warga bisa sejahtera, mendapat kesempatan yang sama?
  • Sudahkah kita ambil bagian menjaga kebersihan dan keindahan depan rumah dan lingkungan sekitar kita?
  • Sudahkah kita terlibat aktif dalam kegiatan bertetangga, pertemuan rutin, dan kerja bakti?


Saudara-saudara,

Saatnya kita bertindak!

Mari kita bersama-sama membangun lingkungan kita jadi jauh lebih baik

Memulai dari hal-hal kecil

Memulai dari diri kita sendiri

Jika kita bersama-sama mulai melakukan hal-hal kecil, maka kita akan menciptakan perubahan besar!...


Tak ada kata terlambat, kita masih punya kesempatan jadi lebih peduli

Saya yakin pasti ada keahlian atau harta kecil dari diri kita yang bisa kita sumbangkan untuk memajukan kampung tercinta

Mari bahu-membahu, gotong royong mewujudkan RT kita jadi tempat tinggal yang lebih nyaman, aman, tentram, dan makmur untuk kita semua

Apakah saudaraku bersedia?

Mari mulai sekarang!...


Mari meresapi kandungan makna dalam Q.S Alma'un:

1. اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِۗ

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?

فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ - ٢

maka itulah orang yang menghardik anak yatim

وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ - ٣

dan tidak mendorong memberi makan orang miskin.

فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَۙ - ٤

Maka celakalah orang yang salat,

الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ - ٥

(yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya,

الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَۙ - ٦

yang berbuat riya

وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَ ࣖ - ٧

dan enggan (memberikan) bantuan. (Enggan menolong dengan barang berguna).


Lingkungan yang sudah kondusif itu biasa, memang lebih nyaman tapi tantangan dakwahnya cuma sedikit. Justru saat kita mendapati banyak tetangga masih belum baik itu jadi kesempatan dan rizki kita, ladang subur beramal baik mengubahnya jadi lingkungan yang lebih baik, menyelamatkan lebih banyak orang asal kita mampu.

Setiap orang bisa andil dengan caranya masing-masing sesuai kemampuan. Memang butuh tenaga ekstra, waktu, perhatian namun disinilah seni kita kesempatan menanamkan kebaikan serta berbagi kasih-sayang. Semoga dengan jalan ini Allah berkenan meridhai mengantarkan kita pada keridhaan-Nya.



Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)
wa
wa